KUMPULAN BAHAN REPERENSI




PENGGUNAAN MODEL TIGA PENCITRAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik sebagaimana yang diungkapkan oleh A.B Hasibuan (1994: 1) bahwa “Pendidikan sebagai upaya atau kegiatan yang meningkatkan kemampuan seseorang dalam segala bidang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Dengan demikian pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas tinggi.
Pendidikan matematika merupakan bagian dari pendidikan. Jadi pendidikan matematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas tinggi. Sebagaimana yang diungkapkan Hudojo (1988: 20) bahwa “Dalam perkembangan modern, matematika memegang peranan penting karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan sempurna”.
Pembelajaran matematika di sekolah merupakan sarana berpikir yang jelas, kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Arena untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman dan pengembangan kreatifitas. Hal ini menyebabkan matematika dipelajari disekolah oleh semua siswa dari SD hingga SMA/ SMK/ STM dan bahkan juga di perguruan Tinggi.
Namun kenyataan yang terjadi di sekolah menunjukkan bahwa banyak siswa yang tidak menyukai matematika karena dianggap sebagai bidang studi yang paling sulit, sehingga mengakibatkan rendahnya nilai matematika disekolah. Hal ini juga tercermin dari hasil studi yang dilaksanakan oleh Organisasi International Educational Achievement (IEA) (WWW.depdiknas.go.id.2006) yang menunjukkan bahwa: Studi kemampuan siswa SMP di Indonesia hanya berada pada urutan ke- 39 dari 42 negara peserta.
Saat ini keadaan yang terjadi di sekolah SMP PGRI Pangkalan adalah siswa kurang menguasai perhitungan dan penalaran matematis. Karena siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang ditandai dengan banyaknya kesalahan–kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab atau mengerjakan soal-soal. Di sekolah guru tidak melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri  konsep dan prinsip –prinsip dalam menyelesaikan soal dengan metode tiga pencitraan  dominasi guru terhadap siswa membuat siswa tidak terlatih memecahkan soal dengan metode tiga pencitraan.
Dengan demikian sasaran pembelajaran tidak tercapai dan hal inilah yang menyebabkan hasil ujian kurang memuaskan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal (Tjipto Utomo dan Kees Ruijhter, 1994:86) yaitu:
1.        Siswa kurang menganalisa soal yang dihadapinya
-          Mereka tidak mengetahui apa yang diketahui
-          Mereka tidak membaca soal secara seksama
-          Mereka terlalu cepat memulai perhitungan
-          Mereka tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.
2.        Siswa tidak merencanakan jalan penyelesaia
-          Mereka tidak mulai dengan yang ditanyakan
-          Mereka tidak mengetahui persamaan-persamaan yang terpenting
-          Mereka tidak menghubungkan teori umum dengan soal yang khusus yang dihadapinya
3.        Siswa tidak menyelesaikan soal–soal secara terperinci
-        Mereka mengabaikan satuan–satuan yang dihadapinya
-        Perhitungan mereka dimulai terlalu dini.
4.        Siswa tidak menilai lagi kebenaran perhitungannya
-          Mereka tidak memeriksa lagi apakah jawaban yang diperoleh itu betul, realistis sesuai dengan yang ditanya
Padahal melalui kegiatan pemecahan soal dengan metode tiga pencitraan , aspek–aspek kemampuan siswa dalam matematika seperti penyelesaian soal, penemuan pola penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain, dapat dikembangkan secara lebih baik di sekolah. Metode tiga pencitraan sendiri juga membantu guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Karena metode ini merupakan metode dengan penyampaian materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik dan siswa dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan oleh guru.
Dalam hal ini untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa SMP PGRI pangkalan adalah peranan Penyelesaian soal bilangan bulat dengan metode tiga pencitraan. Dengan Metode Tiga Pencitraan, siswa di sekolah SMP PGRI Pangkalan diharapkan mampu dan terampil dalam penyelesaian soal dengan cepat dan tepat. Dalam hal ini siswa terpancing berpikir, menganalisa, bertanya dan mengevaluasinya kembali, sehingga dengan demikian siswa tersebut aktif berpartisipasi di dalam pembelajaran. Bilangan bulat merupakan salah satu pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa dikelas VII SMP PGRI Pangkalan. Menurut keterangan guru di sekolah tersebut hasil belajar siswa pada penyelesaian soal dengan metode tiga pencitraan  sangat rendah. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mengikuti langkah–langkah yang berurutan dan sesuai. Dari uraian di atas timbul ketertarikan untuk melakukan penelitian tentang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul PENGGUNAAN MODEL TIGA PENCITRAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP PGRI PANGKALAN KARAWANG

B.       Rumusan dan Batasan Masalah
C.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan Penelitian ini adalah:
1.        Apakah pembelajaran dengan metode tiga pencitraan efektif diterapkan dalam Pembelajaran bilangan bulat di Kelas VII SMP PGRI Pangkalan Tahun Ajaran 2012 - 2013?
2.        Bagaimana kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan metode tiga pencitraan pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP PGRI Pangkalan Tahun Ajaran 2012-2013?
C.2 Batasan Masalah
Melihat  luasnya  ruang  lingkup  masalah yang teridentifikasi di bandingkan waktu dan kemampuan peneliti, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian itu terbatas pada penentuan tingkat hasil belajar dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal secara sistematis. Tingkat hasil belajar siswa yaitu seberapa besar persentase secara klasikal penguasaan siswa terhadap materi ditinjau dari hasil belajar dengan menggunakan metode tiga pencitraan dan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sedangkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika  ditinjau dari 4 kemampuan, yaitu:
1.        Kemampuan siswa memahami masalah.
2.        Kemampuan siswa merencanakan pemecahan masalah.
3.        Kemampuan siswa menyelesaikan/ melaksanakan pemecahan masalah.
4.        Kemampuan siswa mengevaluasi kembali hasil pemecahan masalah
C.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan pokok di atas yaitu:
1.        Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika dengan metode Tiga Pencitraan pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP PGRI Pangkalan Tahun ajaran 2012-2013
2.        Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan bilangan bulat di kelasVII SMP PGRI Pangkalan.
D.      Pentingnya Masalah
E.       Definisi Operasional
Metode Pembelajaraan dengan tiga Pencitraan terdiri dan kata metode pembelajaran dan tiga pencitraan. Metode adalah kaidah-kaidah dasar dalam melakukan kegiatan. Pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam menyampaikan bahan ajar. Citra adalah gambaran atau representasi dan obyek-obyek eksternal. Tiga Citra adalah representasi dan objek-objek eksternal yang diwujudkan ke dalam tiga bentuk (konsepsi) yaitu konsepsi sama (Auditonial atau pendengaran), absoro (Visual atau penglihatan) dan fuada (Kinestetik atau gerakan). Tiga Konsepsi yang kemudian disebut dengan Tiga Pencitraan yang meliputi citra Auditoda, Citra Visual, dan Citra Kinestetik. Metode Pembelajaran dengan Tiga Pencitraan adalah suatu kaidah - kaidah dasar dalam pembelajaran dengan memperhatikan: Tiga potensi kodrati siswa dan tiga konsupsi bahan ajar.
James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah  ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan  satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu: aljabar, analisis dan geometri. Namun pembagian yang jelas amatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Adanya pendapat yang mengatakan bahwa matematika  itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi 4 wawasan yang luas yaitu aritmatika, aljabar, geometrid an analisis.
Johnson dan Rising (1972) berpendapat bahwa matematika adalah  pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Kemudian Kline (1973) mengemukakan bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dam menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.Masih banyak lagi defenisi-defenisi tentang matematika tetapi tidak satupun perumusan yang dapat diterima umum atau sekurang-kurangnya dapat diterima dari berbagai sudut pandang.
            Bilangan bulat ........................
F.       Studi Literatur

G.      Metode dan Desain Penelitian
H.1 Metode Penelitian
1.        Studi Pustaka. Cara pengumpulan data berupa mencari informasi atau literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
2.        Teknik Tes. Tes diberikan dua kali, yaitu pretes dan postes.
3.        Uji coba mengajar. Uji coba mengajar ini dilakukan untuk mengetahui pembelajaran berbicara siswa.
H.2 Desain Penelitian


H.      Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang. Sampel penelitian ini hanya satu, yaitu kelas VII.
I.         Instrumen Penelitian

J.        Prosedur Penelitian


K.      Prosedur dan Pengolahan Data
L.       Jadual Penelitian
Jadual penelitian yang akan dilaksanakan yaitu, tanggal 01 -25 Maret 2012, yang bertempat di kelas VII SMP PGRI Pangkalan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Matematika. Jakarta: Bumi Aksara.
Cholik,A.M. Sugijono. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta:
     Erlangga.
Dahar, W.R. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta:Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2006. Program  Pendidikan
     Nasional, (http://www.depdiknas.go.id).
jamarah, B. S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djiwandono, S. E. 2004. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, A. B. 1994. Teori pendidikan. Jakarta: P3G.
Hudojo. H. 1998.  Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Junaidi, S, Dkk. 2006. Matematika Untuk SMP Kelas VII.  Surabaya: Glora
     Aksara Pratama.
Mantra, Ida, Bagous.2004. Filsafat  Penelitian  dan  Metode  Penelitian  Sosial.
     Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Partowisastro, H. Hadisuparto. 1986. Kesulitan-Kesulitan  dalam  belajar.
     Bandung: Rineka Cipta.
Popham,W. J. 1992. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. . Bandung: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman.  2003. Interaksi  dan  Motivasi  Belajar  Mengajar. Jakarta: Raja
     Grafindo Persada.
Subagyo, Joko, P. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sumarna. 2005. Analisis  Reliabilitas  dan  Interpretasi  Hasil  Tes. Bandung:
     Remaja Rosda karya.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
     Cipta.
Utomo, T.Ruijhter, K. 1994. Peningkatan  dan  Pengembangan  Pendidikan.
Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Electricity Lightning